SUMBER PELUANG BISA DARI MANA SAJA
Senin, 30 September 2013
0
komentar
Berwirausaha memang tidak ada matinya.
 Orang selalu membutuhkan makanan setiap hari. Tetapi walaupun setiap 
hari kita membutuhkan makanan tidak semua makanan  kita konsumsi 
semuanya. Makanan yang kita konsumsi selalu terbatas. Sesuatu yang 
membatasinya adalah kapasitas perut, selera, standart gizi, dan 
sebagainya. Dalam berwirausaha makanan tentunya kita harus jeli dalam 
menangkap peluang. Peluang tergantung pada kebutuhan dan keinginan 
manusia. Kebutuhan adalah sesuatu yang wajib ada. Keinginan adalah 
kebutuhan sekunder. Keinginan biasanya muncul akibat dari selera 
seseorang. Baik kebutuhan dan keinginan akan berpotensi untuk menjadi 
sebuah peluang bagi seorang pebisnis. Makanan adalah jargon utama dalam 
mengundang selera manusia untuk mengkonsumsinya. Kita bisa lihat di 
sekitar kita seberapa banyak orang berjualan makanan? Mulai dari kaki 
lima sampai restoran, makanan dijual dengan berbagai bentuk dan cita 
rasa. Atau dengan kata lain adalah kreatifitas. Kreatifitas akan muncul 
dalam diri seseorang jika orang tersebut selalu mengamati, berfikir, dan
 berpengalaman.  Selanjutnya, bagaimana membuat sesuatu yang kita amati 
dan kita alami selama ini menjadi sebuah peluang? Tentu itu membutuhkan 
proses yang panjang. Peluang tewujud manakala sebuah rancangan bisnis 
terbukti sukses membuahkan sebuah profit. Biasanya seorang bisa sukses 
setelah melalui kegagalan-kegagalan. Kegagalan akan membuat orang 
tersebut merubah pola bisnisnya sehingga menjadi sebuah keberhasilan. 
Proses tersebut sekaligus menjadi seleksi bagi orang yang ingin sukses 
berwirausaha.
Kembali kepada wirausaha makakan. Selain produk kebutuhan pokok seperti 4
 sehat lima sempurna, makanan kreatif seperti cemilan juga terbukti 
banyak yang sukses dan mengantarkan pelakunya menjadi berpenghasilan 
tinggi. Para franchishor cemilan sudah banyak yang membuktikannya. Para 
pedagang kaki lima yang hanya mempunyai 1 atau 2 gerobak juga tidak bisa
 kita anggap remeh. Coba Anda teliti pedagang martabak di dekat rumah 
Anda. Tanya berapa omzetnya? Rata-rata 40 martabak terjual setiap hari. 
Kalau harga martabak rata-rata Rp.12.000,- maka omzetnya adalah 
Rp.480.000,-. Dikalikan 1 bulan adalah Rp.14.400.000,-. Jika tingkat 
keuntungannya 40% maka profit yang diperoleh adalah Rp.5.760.000,-. 
Wooow..fanatastis bukan? Hasilnya melebihi gaji pegawai negeri gol III 
A. Itu bisa berlaku untuk pedagang produk cemilan lain. Tentunya para 
pedagang itu tidak sekonyong-konyong bisa berhasil. Mereka sudah punya 
kemampuan dan pengalaman cukup untuk berani terjun berjualan. Tidak 
sedikit juga mereka gagal. Jika kegagalan pernah kita alami apakah kita 
kapok atau lanjut terus untuk berdagang? Itu semua tergantung mental 
kita. Jika kita berhenti maka selesailah impian kita untuk menjadi 
pengusaha sukses. Jika kita belajar dari kegagalan dan berlanjut terus 
usaha dagangnya, maka insya Allah kita akan menjadi pengusaha sukses.
Banyak orang sukses menempuh titik sukses dengan cara yang berbeda-beda.
 Ada yang cepat adal yang lambat. Ada yang dengan cara sendiri atau 
dengan cara orang lain. Dengan cara orang lain biasanya mereka bergabung
 dengan sistem fanchise. Cara ini memungkinkan orang untuk lebih cebat 
memulai usahanya. Karena sistem yang dijalankan hanya menduplikasi 
sistem yang telah sukses. Untuk franchise biasanya biayanya lebih mahal 
karena franchisor biasanya memberlakukan franchise fee diawal 
investasinya. Pemerintahpun memberlakukan peraturannya lebih ketat 
terkait dengan usaha franchise. Bagi yang bermodal kecil jangan berkecil
 hati ya.. karena banya pengusaha yang memberikan tawaran kerjasama 
kemitraan dengan modal kecil. Mungkin tawaran tersebut  bukan tawaran 
sebagaimana kerjasama franchise tertapi kemitraan yang hanya berbentuk 
BO (business oportunity) atau peluang usaha. Peluang usaha muncul karena
 keyakinan  yang tinggi bahwa usahanya akan sukses. Asal kedua belah 
pihak saling memahami dan punya komitmen bersama saya kira kerjasama ini
 sah dan tidak melanggar hukum. Kecuali jika salah satu diantaranya 
mempunyai i'tikad tidak baik. Untuk itu dialog-dialog harus dilakukan 
sampai tuntas sebelum kerjasama dilakukan.
Demikian artikel ini kami tulis. Semoga bermanfaat...
Ditulis oleh Hendi Prakoso
Senin tanggal 1 Oktober 2013
dari Lereng Gunung Sindoro.


0 komentar:
Posting Komentar